Selamat Datang
Art Partner
Sabtu, 11 April 2009
Edisi Lingkungan Hidup - Puisi dari Imraatul Zannah
PERAWANKU TELAH PERGI
Cinta, belajarlah untuk mencinta. Jika hari ini burung-burung enggan beterbangan, dan hutan-hutan tak lagi memperdulikan rimbunnya dedaunan, engkau yang mengurai air mataku diantara hitamnya batu-batu, menakar aroma nafasmu di cawan-cawan peradaban
Tapi perawanku telah pergi, menyisakan debu-debu yang luruh dalam banjir air mata anak cucu kita, lahan-lahan kosong, gersang, dan terbuang, memformulasikn bahasanya untuk meratapi keangkuhan gedung-gedung yang menggerayangi wajahnya yang semakin tak berdaya
“Bakarlah indahnya dedaunan dan kicau riang populasi hewan-hewan!” teriakmu
(kita senantiasa dikeramas roh pohon-pohon ketika mesin air matanya mengantarkan sesaji ke meja-meja purba yang memetakan nafas kekuasan di laci-lacinya)
(Kandangan, 11 Desember 2008)
# Puisi dari drap antologi Lingkungan Kalsel
Imraatul Zannah, dengan nama pena Annisa (Kandangan, Kabupten HST, 2 Mei 1982). Dari Madrasah Aliyah Darul Ulum Kandangan, melanjutkan ke PONPES Darussalam Martapura. Buku kumpulan sajak tunggalnya adalah Epilog Hari Ini (2002), dan Jika Cinta Telah Menyapa (2004). Sajaknya yang terhimpun dalam antologi bersama antara lain Potret Tiga Warna (2002), Narasi Matahari (2002), Notasi Kota 24 Jam (2003),Bulan Ditelan Kutu (2004), Bumi Menggerutu (2005), Seribu Sungai Paris Barantai (2006), Kau Tidak Akan Pernah Tahu Rahasia Sedih Tak Bersebab (2006), Kugadaikan Luka. (2007). Kini dia sudah kembali kekampung halamannya di Kandangan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar