Selamat Datang
Art Partner
Sabtu, 11 April 2009
Edisi Lingkungan Hidup - Puisi dari Diah Hadaning
Fragmen Tanpa Ornamen
hari ini kuwakili
berjuta anak cucu sisa peradaban
dari bumi ijo royo yang abadi dalam gunungan
gemah ripah loh jinawi indah dalam suluk dalang
hari ini kuwakili
kenyataan tak terbilang
hitam kelabu mulai hapus warna hijau
instalasi baru derita para kawula
limbah tak lagi milik sungai
tapi di lidah para pemikir baru
yang ngungsi tidur saat harusnya terharu
menyimak tangis korban ketidak adilan
rembang pagi kuketuk pintu purimu
wahai putera sang waktu
dengar, dengarlah suara jiwa
anak cucu Ki Suto Kluthuk
windu-windu hidup tersaruk
hari ini kubersaksi
diantara langkah-langkah dan sabarmu
adalah para Durna dan Sengkuni
yang muncul salah jaman
(DiHa-Cimanggis, Juli 2005)
# Dimuat dalam buku antologi puisi Bumi Ini Adalah Kita Jua, halaman 25, diterbitkan oleh Pusat Dokumentasi Sastra H.B.Jassin, tahun 2005
Diah Hadaning (DiHa), lahir di Jepara, Mei 1940. Lulusan Sekolah Pekerja Sosial Semarang tahun 1960, menekuni penulisan sajak sejak tahun 1970-an hingga sekarang.
Tahun 1980 menerima penghargaan dari Gabungan Penulis Nasional (GAPENA) Malaysia, tahun 1994 penghargaan puisi tema hutan EBONI Jakarta, tahun 2003 penghargaan dari Pusat Pengkajian Kebudayaan Jawa di Surakarta.
Karya-karyanya di muat diberbagai media cetak pusat dan daerah, sebagian besar telah dibukukan, tampil tunggal maupun antologi. Selain pusi juga menulis cerpen, novel, terjemahan dongeng anak-anak dunia, naskah lakon (drama bahasa daerah).
Mottonya : Dengan puisi aku berarti, dengan pusi aku bersaksi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar