Selamat Datang

Selamat datang ....... di WILAYAH COOPERATION LINE ....... “Art Partner” : ....... Komunitas Apresiasi Studi Seni Budaya Sosial & Sastra – Cooperation Line of Art Partner ....... (KASSBSS – CLoAP).

Art Partner

Komunitas Apresiasi Studi Seni Budaya Sosial dan Sasrta
Cooperation line of Art Partner
KASSBSS - CLoAP

SALAM SENI

KASSBSS - Cloap adalah penghubung dari semua Seni, Sastra, Sosial, Budaya, IPTEK dll.
Bagi anda yang ingin berpartisipasi silakan kirimkan tulisan ataupun yang lainnya, biodata beserta photo ke email :

artpartner.kassbss.cloap@gmail.com

ART PARTNER

Sabtu, 11 April 2009

Cerpen dari A. Setia Budhy

Gadis Dayak

Minggu yang cerah, aku berangkat ke Balai-balai, tempat di mana penari Balian selalu berkumpul sebelum upacara adat dimulai. Kalau engkau melakukan perjalanan kepegunungan Meratus, kata Tiana sahabatku, maka berhentilah di Balai-balai yang letaknya tak jauh dari rumah ketua adat Desa Mangkiling. Dan jikalau engkau merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu, katakanlah menjadi seorang wisatawan, maka bolehlah engkau mengenal salah satu dari gadis Dayak yang pandai menari Balian itu. Dan, engkau akan merasakan sendiri betapa kehidupan Suku Dayak itu sungguh eksotik, menyenangkan, dan tenteram.

Aku mengenang tahun 2002 yang indah. Tiana, lengkapnya Gustiana, adalah sahabat yang mempunyai penialaian yang amat tinggi terhadap budaya dan tradisi orang-orang meratus. Tiana senang menjelaskan kepada siapa saja yang berkunjung ke Balai-balai. Apalagi, kalau kunjungan itu tepat pada sebuah upacara adat panen padi, upara pemberian berkat pada leluhur, kelhiran anak, atau upacara perkawinan. Semua gadis Dayak akan keluar rumah, dan tentu saja mereka akan menari di Balai-balai.

Aku suka Meratus dalam setiap musim apa saja. Di pegunungan Meratus, kau tidak dapat membedakan antara musim hujan atau musim kemarau. Kedua musim itu sama saja. Alam terbiasa tenang, hutan kelam, dan kicau burung-burung beterbangan. Sungai mengalir dari selasela pohon dan terjun dari bukit ke danau. Pada musim hujan, kupu-kupu biasanya muncul dari balik semak belukar dan anggrek tropika bergelantungan pada pohon maranti. Jalak batu bersiul melengking sementara enggang dengan bangga mengepakkan sayapnya, berwibawa. Musim hujan memberikan kepuasan pada batin yang kerontang ketika mendengar suara air bening yang berjatuhan di sela daun-daun. Alam Meratus begitu sempurna melukiskan beragam warnanya.

Apabila aku berdiri memandang dari bukit Mangkiling, pada ketinggian yang cukup untuk melihat lembahnya, lalu pandang lurus ke depan menatap langit yang memberi atap pada Meratus, sesungguhnya aku telah berada di sebuah rumah panggung besar yang indah, suatu kawasan yang akan segera menghilangkan bau pesing kota-kota kotor berlumpur debu. Lembah yang hijau dan hutan yang kemilau memancarkan penciptaan yang maha sempurna. Aku percaya mengapa Tiana lebih menyukai tinggal di Meratus dan berhenti menjadi pengajar biologi di Universitas. Aku telah memahami mengapa engkau lebih suka mengembara di hutan Meratus dan memutuskan untuk pension sebagai pengajar biota hutan di universitas terkemuka.

Meratus adalah suatu kawasan pegunungan di kaki Gunung Schwaner yang melintang pad empat kawasan di Pulau borneo. Jarak Meratus sangat panjang dari barat ketimur dan dari selatan ke utara, seluruhnya menjangkau semua kawasan di pulau Borneo. Tiana mengatakan, cobalah sekali waktu meneruskan perjalanan dari Meratus ke kawasan Muller sebelum akhirnya berhenti di Sabah Kini Balu. Meratus benar-benar sebuah impian yang paling indah ketika engkau pada ahirnya menemukan realitas bahwa kota-kota semakin bobrok bila dibandingkannya.

Aku tak ingin engkau percaya begitu saja dengan meratus seperti halnya dongeng hutan lebat Amazon dengan Anaconda yang ganas. Tetapi, kalau engkau suatu ketika datang ke sana, kau akan merasakan semua kehangatannya. Kau akan bicara dengan gadis-gadis Dayak dan mereka dengan senang hati mengajari tari Balian semalam suntuk di Balai-balai. Atau, kalau engkau datang ke Meratus, gadis Dayak akan menganggap engkau adalah tamu yang perlu untuk dilayani dengan sepenuh hati, mereka hormat dengan kesantunan dan kepolosan. Aku tak ingin kau tak percaya, bahwa para tamu yang datang ke Meratus merupakan bagian dari rumpun keluarga, itu sebabnya kau tak perlu khawatir apakah akan kehabisan bekal selama tinggal di Meratus. Engkau akan menikmati buah-buah dari hutan tropic yang lebat. Dan tubuhmu akan segera menjadi kuat kalau terbiasa meminum air akar pohon pasak bumi yang meningkatkan stamina. Tak perlu berpikir soal tablet da suplemen vitamin. Sebab, hutan tropika Meratus menyimpan berjuta-juta suplemen.

***

Sekarang, aku telah berada di Meratus bersama Tiana. Aku menykai sahabatku yang satu ini disebabkan keberaniannya berhenti sebagai pegawai pemerintah. Berhenti mengajar adalah sebuah impian dari apa yang sering kali dia sebut sebagai keruwetan universitas yang tidak membebaskan, benang kusut akademik yang tidak memberi ruang untuk berkreasi, suasana universitas yang telah menjadi birokrasi. Setiap kali upacara dies natalis maka bisa saja merupakan awal dari malapetaka bagi masa depan manusia. Aku suka Tiana, disebabkan keputusannya yang melopat jauh kedepan untuk segera mengakhiri masa-masa sulit di unvesitas yang jelas merantai kaki dan tangan, memenjarakan pikiran, dan menenggelamkan hati. Keputusan yang sangat berani dan mngkin tidak semua orang dapat melakukannya, berhentisebaga dosen, seorang peneliti dan pengajar di universitas dengan segala kemegahan gedungnya.

Gustian banyak bicara soal negeri yang indah, tetapi dihuni oleh para bangsat; negeri yang kaya raya, tetapi dikangkangi oleh para koruptor; dan negeri yang setiap hari menyediakan segalanya menjadisangat murah. Engkau tahu bahwa setiap hari nyawa-nyawa terus melayang bergelimpangan di jalan raya atau terbenam di dalam selokan dengan kepala yang melayang lepas keangkasa. Setiap hari anak-anak kehilangan ibu mereka yang diterkam oleh anjing-anjing kota yang bengis. Atau, pada suatu ketika anak-anak itu sendiri menjad korban makanan empuk gerombolan anjing yang merenggut tas, sepatu, kaos kaki, buku gambar, topi, gelang, dan antingnya di sudut kota sehabis pulang dari sekolah. Gedung universitas yang megah, tetapi penghuninya adala para penyamun.

Di Meratus, aku adalah pembebasan, menelusuri jalan yang berjuta kilometer dari telapak kaki para kolonial yang pertama datang ke sini mengangkut habis rempah-rempah. Aroma kayu manis, gaharu, batu-batu, anggrek bulan, dan serangga yang tentu saja belum kau temukan dalam buku apapun, termasuk dalam hand book of biology dan aneka ragam hayati yang lewat begitu saja oleh mereka yang menyatakan diri sebagai guru besar biologi di unversitas. Mengapa Rafflesia Arnoldi ditemuka oleh Sir Thomas Stanford Reffles, padahal hutan tropika Telah menyimpannya sekian juta tahun yang lalu. Orang-orang selalu bicara tentang sesuatu yang tumbuh di hutan tropika dan misionaris juga bicara tentang orang-rang Meratus yang eksotik, mengenai sistem kepercayaan dan adat-adat apalagi Gadis Dayak. Ya, orang-orang hanya berbicara tak lebih hanya sebagai seorang turis yang melintas sementara, kemudian sesuadah itu pergi.

Di mangkiling, sebuah kamung yang berada di salah satu tebing Meratus, kehidupan burung, monyet, anggrek, beragam jenis kayu, rotan, dan sarang burung semakin gemetar da terpojok dari dekap sejarah hutan tropika ketika segerombilan anjing kota datang untuk segera melahapnya. Anjing-anjing kota itu tidak mau pedul dengan segala nasib dan pilu tangis, yang penting bagi anjing adalah makan dan melahap dengan buas segala pohon, batu-batu, emas, pasir kwarsa, dan Balai-balai.

***

Berita peihal Gustiana yang berhenti dari mengajar di universitas, akhirnya sampai juga ke daun-daun telinga pengajar yang lain, termasuk ketua jurusan, dekan, dan rektor. Pada mulanya banyak yang menyatakan sangsi, tak percaya aka berita aneh itu yang mereka anggap sebagai kabar burung dan sangat-sangat tidak mugkin. Ini dunia telah jungkir balik atau bagaimana, sebab ketika tiga juta orang menunggu giliran untuk mengikuti seleksi pegawai negeri di pemerintahan, Tiana bahkan menyatakan berhenti sebagai pegawai negeri.

Dua mingu setelah ia meletakkan jabatan sebagai seorang dosen, telepon berdering di rumahku. Minggu ketiga, puluhan ikat bunga berdatangan. Bahkan pada minggu ke empat dan seterusnya, bunga terus berdatangan dengan alamat dari segala penjuru. Aku tak megerti mengapa telepon dan ribuan kembang itu justru berdatangan ke rumahku. Padahal, kembang itu ditujukan kepada yang terhormat Ibu Gustiana. Pada setiap kali aku ingin menolak bunga-bunga, pengantar bunga bahkan marah dan menudingku tidak bertanggung jawab. “Kalau kau menolak bunga, maka aku akan laporkan ke polisi bahwa kau telah merusak sejarah bunga. Kau telah menolak Shakespiere yang berkata, ‘Katakanlah dengan bunga.’ Tidak ada dalam sejarah pengiriman bunga bahwa sekuntum kembang yang telah jelas alamat dan orang yang dituju akan ditolak oleh si penerimanya. Bunga yang dikirim oleh tukang kebun atau kembang yang diantar dalam pot hingga selamat sampa ketangan dan tujuan haruslah disyukuri.’ Pengantar bunga dan tukang kebun tampak geram dengan niatku.

Ketka aku bosan memandang bunga yang ribuan ikat itu, aku kemudian megunci rapat pagar rumah, menutup pintu dan pergi menjauh ke hutan Meratus. Tetapi, baru satu malam menikmati tidur lelap di Balai-balai, aku mendapat kabar dari ibuku yang memintaku segera pulang untuk mengurus bunga-bunga itu yang membanjiri ruang tamu. Kata ibu, ruang keluarga dan kamar-kamar tidur telah penuh sesak bertumpuk-tumpuk bunga. Bahkan, bunga-bunga telah berserakan hingga kamar mandi, tempat tidur anak hingga mencapai ruang baca di lantai dua. Karena pintu telah terkunci, rupa-rupanya bunga-bunga itu dimasukkan begitu saja oleh tukang kebun melalui jendela, lubang ventilasi, bahkan dimasukkan melalui salah satu atap rumah yang bocor. Ibuku jelas tak mau membuang bunga-bunga itu, sebab pada setiap bunga selalu ditulis tangan oleh pengirimnya “ucapan selamat”. Karena takut mengkhianati ibu dan baktiku padanya, aku segera pulang.

***

Menjelang penerimaan mahasiswa baru, rektor bersama senat universitas mengumumkan sesuatu yang memang amat pahit, universitas dinyatakan ditutup. Tetapi, ini harus dilakukan yang katanya sampai pada waktu yang tidak dapat ditentukan. Penutupan universitas dipandang sebagai langkah yang penting dengan mempertimbangkan bahwa mahasiswa tidak dapat belajar. Ini adalah pilihan paling dramatik sebab semua dosen tidak ada yang mau mengajar. Para dosen menyatakan berhenti dan memutuskan untuk mengambil pensiun dini. Dalam surat yang telah ditandatangani dan diantar langsung kepada rektor, seluruh pengajar menyatakan mundur dari jabatan sebagai dosen dan memilih mengikuti jejak Tiana. Delapan ratus dua puluh lima dosen universitas dengan berbagai disiplin ilmu menyatakan segera bergabung dengan Gustiana dan orang-orang Meratusnya. Ahli-ahli fisika, kimia, matematika, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik, ahli hutan, tanah, ahli kelautan, perikanan, tekhnik mesin, ahli lingkungan, ahli penyakit dan hama, pertanian, ahli linguistic, dan ratusan dosen kedokteran menyatakan bergabung ke hutan tropika Meratus dan segera mendirikan Balai-balai yang membebaskan mereka untuk berpikir. Balai-balai yang membebaskan dosen itu dari belenggu pengetahuan yang selama ini adalah racun. Masuk akal kalau rektor menyatakan menutup universitas yang dia pimpin, sebab seluruh dosen dalam waktu yang bersamaan menyatakan berhenti mengajar.

***

Langit kelabu, hujan menyerbu Meratus. Tetapi, orang-orang Meratus menghabiskan waktu mereka di Balai-balai, membunyikan musik, gong, gendang, dan kenong. Gadis-gadis Dayak melenggak-lenggokkan tubuh mengiringi tabuhan kenong dan bernyanyi, merintih pilu dalam tari tradisional Balian. Desau hujan dan tempias menerjang jendela yang dikunci dengan rotan. Hujan seakan menyampaikan selamat datang kepada para dosen, selamat datang di Universitas Hutan Tropika Meratus. Orang-orang Meratus telah mempunyai sahabat seperti Gustiana, gadis Dayak yang kukenal, beserta delapan ratus dua puluh lima lainnya. Gadis-gadis Dayak merasa tak mau berhenti menari Balian, kecuali anjing-anjing kota yang maunya terus menerkam mencari mangsa.

Kuala Lumpur, 3 Januari 2005

Dari buku kumpulan cerpen Gadis Dayak, terbitan Pustaka Pelanduk 2006.

Tidak ada komentar: