Selamat Datang

Selamat datang ....... di WILAYAH COOPERATION LINE ....... “Art Partner” : ....... Komunitas Apresiasi Studi Seni Budaya Sosial & Sastra – Cooperation Line of Art Partner ....... (KASSBSS – CLoAP).

Art Partner

Komunitas Apresiasi Studi Seni Budaya Sosial dan Sasrta
Cooperation line of Art Partner
KASSBSS - CLoAP

SALAM SENI

KASSBSS - Cloap adalah penghubung dari semua Seni, Sastra, Sosial, Budaya, IPTEK dll.
Bagi anda yang ingin berpartisipasi silakan kirimkan tulisan ataupun yang lainnya, biodata beserta photo ke email :

artpartner.kassbss.cloap@gmail.com

ART PARTNER

Rabu, 06 Mei 2009

Cerpen dari Sarah Serena

Tatkala Cinta Berbuah Pahit

Oleh :
Sarah Serena Efendi Santoso, SH. MH

Memang ternyata ada benarnya juga kata orang, lelaki lemahnya terhadap tiga hal, yakni harta, tahta dan wanita. Setidaknya, hal itu kini sedang dirasakan oleh Agus. Salah seorang pejabat tinggi negara yang awalnya diharapkan akan membawa perubahan bagi negeri ini, namun akhirnya jatuh karena seorang wanita. Kini, dia harus berendam dibalik jeruji, karena seorang wanita. Entah, apakah ini sebuah gambaran kondisi negara ini, ataukah hanya kebetulan saja. Berapa banyak pejabat negara, bahkan anggota dewan yang jatuh pamornya hanya karena seorang wanita. Mereka yang seharusnya menjadi tauladan bagi negeri ini, justru malah merusak dirinya sendiri hanya karena persoalan wanita.

Sementara, nun jauh dipedesaan sana, banyak lelaki muda yang terpaksa membujang. Yah, tuntutan kehidupan di jaman sekarang ini, membuat mereka terpaksa ditinggalkan oleh kekasihnya. Kesilauan para gadis muda terhadap materi dan popularitas telah membuat mereka kehilangan kesempatan untuk meraih cinta. “Kita tidak bisa hidup, hanya makan dari cinta”, begitu kata para gadis itu. Belum lagi, anak-anak SMA yang baru beranjak SMA juga telah terkontaminasi dengan harta dan kekayaan. “Eh, sus, kamu tahu apa tidak, di SMA 1 sana anaknya ganteng-ganteng lho, tapi sayang……”, kata Santi. Lalu susi menjawab, “Sayang kenapa, san ?”. Kemudian Susi kembali berkata, “Sayang, mereka tidak ada yang punya motor dan mobil!” Inikah gambaran kondisi saat ini ? Pantas saja sekarang ini makin banyak lelaki muda yang menjadi waria. Bukan karena mereka memang punya kelainan jenis kelamin dari lahir, namun karena mereka frustasi terhadap kehidupan. Yah, frustasi terhadap kehidupan. Mereka merasa frustasi karena tidak mampu bertindak sebagai lelaki sejati yang mampu memenuhi kebutuhan hidup calon pasangannya, sehingga kekasih yang sangat dicintainya sepenuh hati pergi meninggalkan dirinya. Mereka merasa lemah sebagai seorang lelaki!. Belum lagi, kehidupan juga tidak berpihak padanya, dimana mereka sulit mendapatkan kesempatan kerja, karena tidak punya uang untuk menyogok dan tidak punya koneksi untuk memperoleh pekerjaan. Kelemahan itu perlahan lahan mengikis akal sehatnya sebagai seorang lelaki. Hingga akhirnya, ia menempuh jalan sebagai waria untuk memperoleh kehidupan sebagai wujud kelemahan dirinya sendiri yang tak mampu berbuat banyak dalam menapaki jalan kehidupan ini.

Di lain pihak ada para isteri yang sedang merenung dalam sudut kamarnya yang sunyi. Mereka tidak habis pikir, bagaimana para suami mereka tega mengkhianati cinta mereka yang suci. Mereka juga tidak habis pikir, bagaimana para suami meminta mereka menjaga pandangan matanya serta tingkah lakunya sejak menikah, sementara para suami tersebut menebarkan mata serta melebarkan sayapnya dimana-mana. Dengan alasan takut “zina” para suami itu menikah lagi. Padahal para suami telah melakukan “zina” sebelum menikah dengan gadis pujaannya itu. Yah, tanpa disadari para suami itu telah melakukan “zina”, yakni “zina mata”. Karena cinta itu berawal dari pandangan mata. Pandangan mata yang mengobarkan nafsu emosi turun ke dalam hati yang berkembang menjadi sebuah cinta. Yah, cinta. Para lelaki itu kalah dengan dirinya sendiri, karena tak mampu untuk menjaga pandangan matanya, seperti yang dilakukan oleh para isterinya. Mereka berbuat seperti itu, seakan-akan isteri mereka tak mempunyai nafsu seperti para suami itu. Mereka tidak menyadari bahwa lelaki dan perempuan itu pada dasarnya mempunyai nafsu dan perasan yang sama, terlebih lagi perempuan itu berasal dari tulang rusuknya laki-laki. Maka dengan demikian, watak dan sifat lelaki itu pastilah ada dalam diri perempuan itu, karena berasal dari tulang yang sama. Namun, kenapa para isteri itu mampu menjaga pandangan matanya, sementara suaminya tidak ?”. Seringkali bila, sudah terpojok para suami akan mengatakan ‘poligami diperbolehkan dalam agama islam, bila mampu bersikap adil”, kata mereka. “Tetapi adil dalam segi apa?”. Yang namanya perasaannya, sepandai-pandainya orang menyembunyikan perasaannya, pasti akan ketahuan juga. Adil dalam materi, belum tentu adil dalam membagi hati dan perasaan. Seringkali, isteri muda lebih diutamakan daripada isteri tua. Berapa waktu yang dihabiskan bersama isteri muda, daripada isteri tua?”. Secara sadar atau tidak sadar, tentunya hal dilakukan secara tidak adil. Berapa banyak hadiah yang diberikan kepada isteri muda dibandingkan isteri tua? Terlebih lagi ketika isteri tua tersebut tidak mempunyai anak laki laki-laki, sementara isteri muda punyai anak laki-laki. Tentunya kasih sayang para suami itu, akan lebih besar kepada isteri muda karena dianggap telah melahirkan keturunan yang akan melanjutkan usahanya. Walau tak bisa juga menjadi jaminan, setelah dewasa nanti anak tersebut akan menjadi seperti apa yang diinginkan oleh ayahnya. Karena, para suami itu lupa. “ajal, rejeki, jodoh, allah lah yang mengaturnya, bukan manusia. Dengan kata lain, “manusia merencanakan, allah lah yang menentukan. Karena itu, manusia tidak akan pernah bisa menentukan apa yang akan terjadi di masa depan. Mereka hanya bisa berusaha, berikhtiar dan berdoa, namun tidak dapat memastikan masa depan seorang anak.

Nikah siri, merupakan suatu fenomena andalan saat ini bagi para lelaki yang tak mampu menjaga pandangan matanya. Mereka mengatakan mengatakan “menikah siri” sebagai suatu jalan untuk menghindari zina. Pernikahan siri ini dilakukan tanpa sepengetahuan dan seizin isteri pertama. Padahal sebenarnya, apa bedanya “nikah siri” dengan “zina”. Zina diharamkan dalam agama islam, karena dikhawatirkan bayi yang dikandung dalam rahim calon si ibu nantinya tidak berayah, karena si ayah cenderung tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya itu. Sementara nikah siri, walau secara agama diakui sah, akan tetapi di mata hukum negara itu tidaklah sah. Sehingga dengan demikian, sang bayi tidak bisa mendapatkan status pengakuan dari sang ayah. Meski sang ayah telah bertanggung jawab untuk menikah dengan ibunya, namun sang bayi tidak bisa mengakses seluruh harta kekayaan sang ayah, karena kelahirannya kemuka bumi ini belum diakui oleh mata hukum negara. Dengan demikian, apalah bedanya “nikah siri dengan “zina”, toh dua-duanya menunjukkan sang bayi tidak memiliki hak waris sebagai ahli waris dari bapaknya. Jadi apa bedanya?

Kembali ke kisah Agus, sang pejabat negara. Kelemahannya terhadap perempuan, membuatnya terjerat oleh perbuatannya sendiri. Memang, merupakan tugasnya untuk mencari informasi yang sebesar-besarnya mengenai orang-orang yang hendak diselidiki olehnya. Namun, dirinya telah salah langkah dalam mengambil keputusan. Dia menerima undangan dari seorang perempuan untuk datang ke sebuah hotel dengan alasan akan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh Agus dalam kasus yang sedang diselidiki olehnya. Tanpa curiga sedikitpun, Agus memenuhi undangan tersebut. Ternyata, sampai di hotel, tidak ada informasi apa apa, yang ada hanya seorang perempuan bernama Rara yang mencoba merayu agus untuk jatuh cinta padanya.

Beberapa hari kemudian, Agus dihubungi oleh orang yang sedang diselidikinya. Orang tersebut mengatakan, bahwa agus telah berselingkuh dengan isteri ketiganya. Agus, kaget setengah mati. Dia tidak menyangka, bahwa dirinya telah dijebak oleh lawannya sendiri. Seandainya waktu itu ia tidak datang ke hotel tersebut, mungkin dia tidak akan terjebak dalam kisah kasih asmara segitiga antara Agus, Rara dan lawannya itu. Tanpa diduga, lawan mainnya mengancam akan melaporkan foto foto perselingkuhan Agus kepada isterinya. Agus mendadak menjadi kalut. Dia takut semuanya akan hancur berantakan, baik rumah tangga maupun nama baiknya. Di tengah rasa kekalutannya itu, muncul pikiran jahatnya. “Ah, mengapa saya tidak minta tolong saja sama teman saya untuk membunuh orang itu”. Ya, ya, ya. Ini adalah satu satunya jalan untuk membungkam mulut orang itu. “Siapa tahu, teman saya tersebut bisa membantu saya untuk melenyapkan orang itu selamanya”, bathin Agus.

Kring, ..kring,…kring, handphone Romi berbunyi. Seorang mantan pejabat kepolisian di wilayah Tanggerang yang namanya sempat melambung, karena sebuah kasus rumah tangga. Saat itu Romi tengah bersenda gurau dengan isteri dirumahnya. “Halo,..siapa ini?’ tanya Romi. Tak lama kemudian, dari seberang sana terdengar suara, “ini Agus, Rom”, katanya. “Oh Agus, apa kabar gus?” , Tumben malam malam begini telepon, ada apa gus?”. Agus pun kemudian menceritakan masalahnya pada Romi. Setelah cukup lama bercerita, akhirnya Agus menanyakan pada Romi, “bagaimana Rom, apakah kamu bisa membantu aku kali menyelesaikan masalah ini?”. Romi sebenarnya agak ragu mendengarkan rencana Agus. Di satu sisi dia merasa apabila dia membantu Agus, maka nama baik dan jabatannnya dia menjadi taruhannya, di sisi lain dia merasa Agus telah membanyak membantu dia dan keluarganya hingga bisa menduduki posisi seperti sekarang ini. “Eye for An Eye”, begitu kata pepatah. Hutang nyawa dibayar nyawa, hutang budi dibayar budi. Saat ini, orang yang selalu menolong Romi selama perjalanan kehidupannya tengah dilanda kesulitan akibat terjebak oleh permainan perempuan dan orang yang menjadi musuhnya, oleh karena itu, meski nama baik dan jabatan menjadi taruhannya dia harus melakukan suatu tindakan untuk membantu dewa penolongnya keluar dari kesulitan. Akhirnya dia memberikan jawaban pada Agus, “Baiklah, Gus kali ini aku akan menolongmu, meski nyawa taruhannya!”. Sebuah keputusan yang berat namun berani.

“Gagak 1 memanggil Gagak 2 dan Gagak 3 untuk menghadap ke Markas. Romi memanggil anak anak buahnya untuk segera menghadap dirinya. Tak berapa lama pula, Ricky dan Toni segera menghadap ke Markas. “Prajurit, ada bahaya mengancam salah seorang pejabat tinggi negara kita”. Pejabat Tinggi tersebut mendapat ancaman pembunuhan oleh salah seorang pengusaha di negeri ini yang sedang diselidiki olehnya. Nah, sebelum orang tersebut sempat melaksanakan niatnya, untuk membunuh pejabat tinggi negara kita, saya minta pada kalian untuk membunuhnya terlebih dahulu. “Apakah kalian siap, melakukannya?”. Serentak mereka berdua menjawab, “siap komandan!”. “Bagus, …bagus, ingat ini tugas negara!”. Jangan sampai ada yang tahu!”. Orang ini bernama Kamaluddin, dia seorang pengusaha PT. Rajacitra Nugraha Permai. Orang ini biasa main golf, di Taman Golf Bukit Tanggerang. Biasanya, dia pulang main Golf menuju Rumah isteri keduanya jam 2 siang. Suasana disaana biasanya sepi. “Nah, saya minta sama kalian untuk membunuh pengusaha itu sepulangnya dari main Golf. “Apakah kalian siap ?” tanya Romi pada anak buahnya. Kembali serentak mereka menjawab, “siap komandan?”

Betapa bangganya Ricky dan Toni mendapat kehormatan menjalankan tugas negara. Bayang-bayang kenaikan pangkat sudah mengalir dalam bayangannya. Rumah dinas kepolisian yang selama ini menjadi idamannya akhirnya bisa terwujud jua. Setelah melakukan tugas ini, mereka akan menempati rumah dinas yang dijanjikan oleh komandan. Dengan demikian, rasa rindu terhadap anak dan isteri dirumah dapat diobati. Sebab dengan adanya rumah dinas ini, mereka bisa berkumpul kembali dengan keluarganya yang dicintainya. Sejak pagi, Ricky dan Toni sudah bersiap-siap. Dengan plat motor milik kepolisian mereka pun bergegas menuju Taman Golf Bukit Tanggerang. Dengan sabar, mereka menanti target operasinya selesai main. Tepat jam dua siang, orang yang ditunggu tunggu akhirnya kelar juga. Mobil BMW Silver dengan plat nomor BKM12DN pun bergegas pergi meninggalkan taman tersebut. Namun Ricky dan Toni merupakan pasukan terlatih yang hebat, mereka dapat mengejar mobil tersebut dan tak berapa lama kemudian terdengar suara,…..dor…dor….dor , dari kaca pintu belakang kiri mobil. Tiga Butir Peluru meluncur menembus kaca mobil, langsung mengenai kepala pengusaha tersebut. Setelah memastikan tembakannya tidak meleset, Ricky dan Toni pun langsung bergegas pergi meninggalkan lokasi. Namun, Ricky dan Toni lupa, masih ada saksi yang hidup. Yakni supir Kamaluddin, yang melihat no plat motor yang digunakan Ricky dan Toni untuk membunuh pengusaha Rajacitra Nugraha Permai itu.

“Gagak 2 dan Gagak 3, melapor pada Gagak 1, ganti !”, mereka membunyikan walki talkinya untuk melapor pada komandannya. “Ya, gagak 1 disini, ganti!”, tutur komandan. Kembali Gagak 2 berkata, “mission is completed, laporan selesai, ganti!”. “Laporan diterima, “good work boys, ganti!”, tutur komandan Romi. Tak berapa lama kemudian, romi menghubungi agus. Kring….kring…..kring,….kring!”. “Halo”, kata Agus seraya cemas mengharap kepastian, “Gus, ini Romi, kamu ndak usah khawatir lagi, masalah sudah diselesaikan oleh anak buahku dengan baik!”, kata Romi. Agus mulai bisa tersenyum, “syukur, kalau begitu Rom, aku bisa tenang sekarang!”. “Terima kasih Rom, terima kasih. Agus, menutup teleponnya sambil tersenyum dengan tenang.

“Kring, kring,…kring, telepon dirumah lastri, isteri kedua kamaluddin berbunyi!”. “Halo, siapa ini ?”, tanya bu Lastri. “Ini saya bu, paidi !”. “Ada apa, paidi?” tanya Lastri. Ini soal ba…pak, bu !”. Iya, ada apa dengan bapak, paidi ?” tanya bu Lastri kembali. Ini bu, ba…pak, ba….pak !”. Ya, tolong katakan dengan jelas, ada apa dengan bapak, paidi!”tanya Lastri, degup jatungnya mulai berdetak kencang. “Ba..pak, ba…pak, dibunuh bu!”, lapor paidi. “Apa, dibunuh?” tanya Lastri. “I…ya bu, i..ya!” kata paidi. “Siapa yang bunuh, katakan siapa yang bunuh bapak paidi ?”, tanya Lastri. “Po…lisi, po..lisi bu!”, mereka naik motor dan menembakkan peluru yang mengenai kepala bapak bu!”. “Gubrak”, mendadak bu lastri jatuh pingsan. Dia tak kuat mendengar lelaki yang dicintainya walau telah mengkhianati cintanya akan mendapatkan balasan dari tuhan dengan cara seperti itu. “Ibu, ibu…kenapa bu?” tanya Sandi. Ia segera berlari kearah ibunya, tatkala melihat ibunya jatuh pisan. “Mbok Sani, Mbok Sani…, tolong saya mbok, ibu pingsan!”, seraya Sandi memanggil pekerja rumah tangga ibunya yang sudah lama ikut tinggal dengan mereka. Mbok Sani pun segera bergegas datang menghampiri Sandi dan Ibunya sambil membawa segelas air putih untuk menenangkan pikiran Lastri. Sejenak kemudian, Sandi melihat telepon masih menggantung diatas meja, Sandi mencoba mengambil alih. “Halo, apa disana masih ada orang?”, tanya Sandi. Tak berapa lama, ada suara dari seberang sana. “Masih mas, saya paidi!” tutur paidi. “Oh paidi, ada apa paidi, mengapa ibu saya mendadak pingsan setelah berbicara dengan bapak ditelepon?” tanya Sandi pada paidi. “Maaf mas, saya tadi cuma kasih tahu sama ibu, kalau bapak telah tewas terbunuh!”, tutur paidi kembali. “Apa!”, “dibunuh!”, “siapa yang bunuh bapak saya, paidi ?” tanya Sandi. “Mungkin polisi pak, karena yang bunuh naik motor yang pakai plat nomor merah, plat nomor polisi!” tutur paidi. “Baiklah pak, sekarang bapak ada dimana?” tanya Sandi. “Sekarang, bapak ada dikamar mayat mas, di rumah sakit Dharma Nugraha Ciputat! “Baiklah pak, saya akan berangkat kesana sekarang!”.

Koran, koran ! Berita hangat, berita hangat! Seorang pengusaha telah mati terbunuh! Berita hangat, berita hangat !. Betapa kagetnya Romi, membaca koran pagi itu. “SEORANG PENGUSAHA MATI TERBUNUH, MENURUT SAKSI MATA POLISI ADALAH PELAKUNYA!”. Ah, mengapa tidak terpikirkan olehku soal saksi mata!”, tanya Romi dalam hatinya. “Mengapa juga mereka harus menggunakan motor dinas untuk melaksanakan tugas”. “Kalau sudah begini, pasti akan terbongkar semunya!” kata Romi dalam hatinya. Tak berapa lama kemudian, suara handphone berdering. Kring….Kring…Kring!. “Halo, Romi ini Agus!”. “Ya, Gus aku sudah berita koran pagi ini. Maaf aku tidak tahu kalau ada saksi mata yang melihat kejadian itu. Aku minta maaf!. Justru aku yang harus minta maaf padamu, Rom!”. “Aku, telah terlalu jauh melibatkan dirimu untuk urusan pribadiku sendiri”. “Kamu justru telah berbaik hati menolongku, meski nyawamu taruhannya”. Kamu tidak salah, Romi! Akulah yang salah! Aku telah mudah terpancing oleh rayuan seorang wanita cantik, yang akhirnya menjebak diriku sendiri. Aku harus berani menanggung resiko atas perbuatanku sendiri, meski nam baik dan martabatku menjadi taruhannya!.

Lastri tidak pernah menyangka bahwa gadis muda yang dikawini secara sirih oleh suaminya justru menjadi “buah simalakama bagi suaminya sendiri”. Yah, Rara seorang wanita cantik yang menjebak Agus dalam sebuah kamar hotel, adalah isteri ketiga Agus yang dikawininya secara sirih. Rara, seorang gadis muda belia mahasiswi jurusan manajemen computer di STMIK Rahardja, Cikokol Tanggerang mulai berhubungan dengan Kamaluddin ketika menjadi “caddy” di Padang Golf Modern Land. Sebelum berhubungan dengan Kamaluddin, Rara telah berkenalan dengan Agus terlebih dahulu. Itulah sebabnya mengapa Agus mau saja menerima undangan dari Rara tersebut untuk datang ke kamar hotel yang menjadi akhir bagi semuanya. Rara yang menjadi primadona taman golf tersebut, mampu membuat Agus maupun Kamaluddin serasa di awang awang bila didampingi oleh Rara ketika sedang bermain golf. Mereka lupa akan isteri dan anak anaknya yang ada dirumah, karena telah bertemu dengan bidadari cantik yang mampu membuat degung jantung pria serasa terhenti ketika melihatnya. Karena kelincahannya, Rara mampu membuat kamaluddin jatuh ke dalam pelukan cintanya. Mereka pun akhirnya nikah siri, dengan catatan apapun yang terjadi dengan Rara dikemudian hari sepenuhnya menjadi tanggung jawab Rara pribadi bukan Kamaluddin sebagai suaminya. Dengan kata lain, anak yang dikandung Rara dari hasil pernikahan dengan Kamaluddin tidak berhak memakai nama Kamaluddin, sebab pernikahan tersebut dimata hukum negara belum sah. Rara tidak peduli akan masalah itu. Karena Rara menikah dengan Kamaluddin juga bukan didasarkan cinta. Rara hanya ingin menikmati kesenangan duniawi yang dirasa mudah diperolehnya apabila menjadi isteri simpanan dari Kamaluddin. Terlebih lagi, Rara membutuhkan biaya untuk menyelesaikan kuliahnya. Biaya yang selama ini dibayar dari hasil kerja kerasnya sendiri, sebab kedua orang tuanya tak mampu membiayai kuliahnya. Jadi, apa salahnya bila Rara jadi “isteri simpanan” seorang penguasaha kaya raya. Yang penting urusan pribadi termasuk urusan kuliahnya berjalan lancar. “Jadi so far so well. Nothing matters”, begitu alam pikir Rara. Dia tidak peduli dengan perasaan isteri Kamaluddin yang menahan sakit hatinya akibat perbuatan Kamaluddin. Rara sama sekali tidak peduli. Dia bilang “kenapa saya harus peduli dengan mereka semua, wong setan saja tidak peduli dengan saya!”, tutur Rara. Setiap kali, orang tuanya mengingatkan Rara untuk menjaga sikap dan tingkah lakunya sebagai seorang perempuan.

Yah, Rara tidak pernah menyalahkan dirinya sendiri atas perbuatannya merebut suami orang. Bahkan boleh dikata, dia merasa senang bila mampu membuat lelaki orang bersembah sujud pada dirinya. Dia merasa bangga dengan kecantikannya yang luar biasa. Kecantikannya yang menurutnya tidak boleh disia siakan, apabila dia ingin lepas dari jeratan kemiskinan yang selama ini mengisi hari-harinya. Rara tumbuh menjadi seorang jelmaan Dewi Wanda Betari Durga. Dewi yang senang menghancurkan kebahagiaan manusia. Begitu pula, dengan Rara. Entah mengapa, ada rasa kepuasan dalam dirinya, apabila para lelaki itu mengagumi kecantikan dan kemolekan tubuhnya secara berlebihan. Dia seakan akan yakin sepenuh hati bila kecantikan dirinya bisa memberikan kekayaan dan materi yang melimpah ruah. Hal yang tentunya hanya bisa diperolehnya, bila berhubungan dengan pria “mapan”, yang rata-rata telah “berkeluarga”.

Kamaluddin kini harus rela terbaring dalam peristirahatannya yang baru. Cinta butanya terhadap seorang gadis muda telah membuahkan kepahitan tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarganya. Di usia nya yang juga terhitung masih relatif muda, Kamal harus kehilangan nyawa akibat ulah “isteri sirihnya” itu. Sementara itu Agus, juga harus menanggung perbuatannya karena terlena oleh rayuan “sang dewi durga”. Dia kini harus merelakan dirinya mendekam dibalik jeruji karena perbuatannya sendiri. Lastri dan Sandi, hanya bisa menangis sedih meratapi kepergian Kamaluddin ke pangkuan ilaahi. Romi, Ricky dan Toni hanya bisa pasrah menghadapi kenyataan kehilangan jabatan maupun martabat akibat perbuatan mereka. Lalu kemana gerangan sang dewi durga ???

Apa yang terjadi dengan sang dewi durga??

Siapa cepat, pastilah dia yang menang!”. Bukan Rara, namanya kalau tidak pakai perhitungan matang. Walau usianya sangat muda, namun karena dia titisan dewi wanda betari durga, dia bisa menghilang tanpa meninggalkan jejak. Dia bersama keluarganya telah meninggalkan kampusnya, sejak berita kematian itu terungkap, bahkan dia pun telah meninggalkan rumah kontrakan yang selama ini ditinggalinya bersama keluarganya di di Kampung Kosong RT 01/04 Kelurahan Panunggangan Utara, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Dia dan keluarganya mendadak hilang secara misterius, lenyap bagaikan di telan bumi. Sepertinya dia sudah tahu apa yang akan terjadi, pada saat dia menjebak Agus dalam sebuah kamar hotel. Dia bahkan tak lagi bekerja di Padang Golf Modern Land. Dia bahkan juga tidak datang menghadiri pemakaman kamaluddin yang telah menjadi “suami sirihnya” sejak tahun 2007 itu. Dia benar-benar seorang perempuan yang hebat. Seorang perempuan yang mempunyai strategi perang yang jitu dalam memperoleh apa yang diinginkannya. Namun, dia tidak menyadari bahwa dia atas langit masih ada langit. “Walau di dunia dia keluar sebagai pemenang, namun di akhirat nanti lain lagi perhitungannya!”. Terlebih lagi doa orang-orang teraniaya selalu di ijab oleh Allah SWT. Baik Lastri, maupun istrinya Agus ikut menjadi korban akibat perbuatan Rara. Mereka harus kehilangan orang yang selama ini menjadi tumpuan penompang hidup keluarga. Dengan demikian, mereka telah teraniya secara tidak langsung oleh Rara yang telah menjerat para suami mereka lewat cinta palsu yang diberikan Rara. Walau kini, Rara menghilang entah kemana, namun jiwanya tidak akan pernah bisa selamanya tenang. Karena cinta palsu yang diberikan Rara baik pada Kamaluddin maupun Agus telah membuahkan kepahitan bagi banyak orang. Rara, bersiap-siaplah dirimu menghadapi pembalasan dari sang ilaahi!”, begitu tutur Lastri.

Tidak ada komentar: