Tatkala Cinta Berbuah Pahit
Oleh :
Sarah Serena Efendi Santoso, SH. MH
Memang ternyata ada benarnya juga kata orang, lelaki lemahnya terhadap tiga hal, yakni harta, tahta dan wanita. Setidaknya, hal itu kini sedang dirasakan oleh Agus. Salah seorang pejabat tinggi negara yang awalnya diharapkan akan membawa perubahan bagi negeri ini, namun akhirnya jatuh karena seorang wanita. Kini, dia harus berendam dibalik jeruji, karena seorang wanita. Entah, apakah ini sebuah gambaran kondisi negara ini, ataukah hanya kebetulan saja. Berapa banyak pejabat negara, bahkan anggota dewan yang jatuh pamornya hanya karena seorang wanita. Mereka yang seharusnya menjadi tauladan bagi negeri ini, justru malah merusak dirinya sendiri hanya karena persoalan wanita.
Sementara, nun jauh dipedesaan
Di lain pihak ada para isteri yang sedang merenung dalam sudut kamarnya yang sunyi. Mereka tidak habis pikir, bagaimana para suami mereka tega mengkhianati cinta mereka yang suci. Mereka juga tidak habis pikir, bagaimana para suami meminta mereka menjaga pandangan matanya serta tingkah lakunya sejak menikah, sementara para suami tersebut menebarkan mata serta melebarkan sayapnya dimana-mana. Dengan alasan takut “zina” para suami itu menikah lagi. Padahal para suami telah melakukan “zina” sebelum menikah dengan gadis pujaannya itu. Yah, tanpa disadari para suami itu telah melakukan “zina”, yakni “zina mata”. Karena cinta itu berawal dari pandangan mata. Pandangan mata yang mengobarkan nafsu emosi turun ke dalam hati yang berkembang menjadi sebuah cinta. Yah, cinta.
Nikah siri, merupakan suatu fenomena andalan saat ini bagi para lelaki yang tak mampu menjaga pandangan matanya. Mereka mengatakan mengatakan “menikah siri” sebagai suatu jalan untuk menghindari zina. Pernikahan siri ini dilakukan tanpa sepengetahuan dan seizin isteri pertama. Padahal sebenarnya, apa bedanya “nikah siri” dengan “zina”. Zina diharamkan dalam agama islam, karena dikhawatirkan bayi yang dikandung dalam rahim calon si ibu nantinya tidak berayah, karena si ayah cenderung tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya itu. Sementara nikah siri, walau secara agama diakui sah, akan tetapi di mata hukum negara itu tidaklah sah. Sehingga dengan demikian, sang bayi tidak bisa mendapatkan status pengakuan dari sang ayah. Meski sang ayah telah bertanggung jawab untuk menikah dengan ibunya, namun sang bayi tidak bisa mengakses seluruh harta kekayaan sang ayah, karena kelahirannya kemuka bumi ini belum diakui oleh mata hukum negara. Dengan demikian, apalah bedanya “nikah siri dengan “zina”, toh dua-duanya menunjukkan sang bayi tidak memiliki hak waris sebagai ahli waris dari bapaknya. Jadi apa bedanya?
Kembali ke kisah Agus, sang pejabat negara. Kelemahannya terhadap perempuan, membuatnya terjerat oleh perbuatannya sendiri. Memang, merupakan tugasnya untuk mencari informasi yang sebesar-besarnya mengenai orang-orang yang hendak diselidiki olehnya. Namun, dirinya telah salah langkah dalam mengambil keputusan. Dia menerima undangan dari seorang perempuan untuk datang ke sebuah hotel dengan alasan akan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh Agus dalam kasus yang sedang diselidiki olehnya. Tanpa curiga sedikitpun, Agus memenuhi undangan tersebut. Ternyata, sampai di hotel, tidak ada informasi apa apa, yang ada hanya seorang perempuan bernama Rara yang mencoba merayu agus untuk jatuh cinta padanya.
Beberapa hari kemudian, Agus dihubungi oleh orang yang sedang diselidikinya. Orang tersebut mengatakan, bahwa agus telah berselingkuh dengan isteri ketiganya. Agus, kaget setengah mati. Dia tidak menyangka, bahwa dirinya telah dijebak oleh lawannya sendiri. Seandainya waktu itu ia tidak datang ke hotel tersebut, mungkin dia tidak akan terjebak dalam kisah kasih
Kring, ..kring,…kring, handphone Romi berbunyi. Seorang mantan pejabat kepolisian di wilayah Tanggerang yang namanya sempat melambung, karena sebuah kasus rumah tangga. Saat itu Romi tengah bersenda gurau dengan isteri dirumahnya. “Halo,..siapa ini?’ tanya Romi. Tak lama kemudian, dari seberang
“Gagak 1 memanggil Gagak 2 dan Gagak 3 untuk menghadap ke Markas. Romi memanggil anak anak buahnya untuk segera menghadap dirinya. Tak berapa lama pula, Ricky dan Toni segera menghadap ke Markas. “Prajurit, ada bahaya mengancam salah seorang pejabat tinggi negara kita”. Pejabat Tinggi tersebut mendapat ancaman pembunuhan oleh salah seorang pengusaha di negeri ini yang sedang diselidiki olehnya. Nah, sebelum orang tersebut sempat melaksanakan niatnya, untuk membunuh pejabat tinggi negara kita, saya minta pada kalian untuk membunuhnya terlebih dahulu. “Apakah kalian siap, melakukannya?”. Serentak mereka berdua menjawab, “siap komandan!”. “Bagus, …bagus, ingat ini tugas negara!”. Jangan sampai ada yang tahu!”. Orang ini bernama Kamaluddin, dia seorang pengusaha PT. Rajacitra Nugraha Permai. Orang ini biasa main golf, di Taman Golf Bukit Tanggerang. Biasanya, dia pulang main Golf menuju Rumah isteri keduanya jam 2 siang. Suasana disaana biasanya sepi. “Nah, saya minta sama kalian untuk membunuh pengusaha itu sepulangnya dari main Golf. “Apakah kalian siap ?” tanya Romi pada anak buahnya. Kembali serentak mereka menjawab, “siap komandan?”
Betapa bangganya Ricky dan Toni mendapat kehormatan menjalankan tugas negara. Bayang-bayang kenaikan pangkat sudah mengalir dalam bayangannya. Rumah dinas kepolisian yang selama ini menjadi idamannya akhirnya bisa terwujud jua. Setelah melakukan tugas ini, mereka akan menempati rumah dinas yang dijanjikan oleh komandan. Dengan demikian, rasa rindu terhadap anak dan isteri dirumah dapat diobati. Sebab dengan adanya rumah dinas ini, mereka bisa berkumpul kembali dengan keluarganya yang dicintainya. Sejak pagi, Ricky dan Toni sudah bersiap-siap. Dengan plat motor milik kepolisian mereka pun bergegas menuju Taman Golf Bukit Tanggerang. Dengan sabar, mereka menanti target operasinya selesai main. Tepat jam dua siang, orang yang ditunggu tunggu akhirnya kelar juga. Mobil BMW Silver dengan plat nomor BKM12DN pun bergegas pergi meninggalkan taman tersebut. Namun Ricky dan Toni merupakan pasukan terlatih yang hebat, mereka dapat mengejar mobil tersebut dan tak berapa lama kemudian terdengar suara,…..dor…dor….dor , dari kaca pintu belakang kiri mobil. Tiga Butir Peluru meluncur menembus kaca mobil, langsung mengenai kepala pengusaha tersebut. Setelah memastikan tembakannya tidak meleset, Ricky dan Toni pun langsung bergegas pergi meninggalkan lokasi. Namun, Ricky dan Toni lupa, masih ada saksi yang hidup. Yakni supir Kamaluddin, yang melihat no plat motor yang digunakan Ricky dan Toni untuk membunuh pengusaha Rajacitra Nugraha Permai itu.
“Gagak 2 dan Gagak 3, melapor pada Gagak 1, ganti !”, mereka membunyikan walki talkinya untuk melapor pada komandannya. “Ya, gagak 1 disini, ganti!”, tutur komandan. Kembali Gagak 2 berkata, “mission is completed, laporan selesai, ganti!”. “Laporan diterima, “good work boys, ganti!”, tutur komandan Romi. Tak berapa lama kemudian, romi menghubungi agus. Kring….kring…..kring,….kring!”. “Halo”, kata Agus seraya cemas mengharap kepastian, “Gus, ini Romi, kamu ndak usah khawatir lagi, masalah sudah diselesaikan oleh anak buahku dengan baik!”, kata Romi. Agus mulai bisa tersenyum, “syukur, kalau begitu Rom, aku bisa tenang sekarang!”. “Terima kasih Rom, terima kasih. Agus, menutup teleponnya sambil tersenyum dengan tenang.
“Kring, kring,…kring, telepon dirumah lastri, isteri kedua kamaluddin berbunyi!”. “Halo, siapa ini ?”, tanya bu Lastri. “Ini saya bu, paidi !”. “
Koran, koran ! Berita hangat, berita hangat! Seorang pengusaha telah mati terbunuh! Berita hangat, berita hangat !. Betapa kagetnya Romi, membaca koran pagi itu. “SEORANG PENGUSAHA MATI TERBUNUH, MENURUT SAKSI MATA POLISI ADALAH PELAKUNYA!”. Ah, mengapa tidak terpikirkan olehku soal saksi mata!”, tanya Romi dalam hatinya. “Mengapa juga mereka harus menggunakan motor dinas untuk melaksanakan tugas”. “Kalau sudah begini, pasti akan terbongkar semunya!” kata Romi dalam hatinya. Tak berapa lama kemudian, suara handphone berdering. Kring….Kring…Kring!. “Halo, Romi ini Agus!”. “Ya, Gus aku sudah berita koran pagi ini. Maaf aku tidak tahu kalau ada saksi mata yang melihat kejadian itu. Aku minta maaf!. Justru aku yang harus minta maaf padamu, Rom!”. “Aku, telah terlalu jauh melibatkan dirimu untuk urusan pribadiku sendiri”. “Kamu justru telah berbaik hati menolongku, meski nyawamu taruhannya”. Kamu tidak salah, Romi! Akulah yang salah! Aku telah mudah terpancing oleh rayuan seorang wanita cantik, yang akhirnya menjebak diriku sendiri. Aku harus berani menanggung resiko atas perbuatanku sendiri, meski nam baik dan martabatku menjadi taruhannya!.
Lastri tidak pernah menyangka bahwa gadis muda yang dikawini secara sirih oleh suaminya justru menjadi “buah simalakama bagi suaminya sendiri”. Yah, Rara seorang wanita cantik yang menjebak Agus dalam sebuah kamar hotel, adalah isteri ketiga Agus yang dikawininya secara sirih. Rara, seorang gadis muda belia mahasiswi jurusan manajemen computer di STMIK Rahardja, Cikokol Tanggerang mulai berhubungan dengan Kamaluddin ketika menjadi “caddy” di
Yah, Rara tidak pernah menyalahkan dirinya sendiri atas perbuatannya merebut suami orang. Bahkan boleh dikata, dia merasa senang bila mampu membuat lelaki orang bersembah sujud pada dirinya. Dia merasa bangga dengan kecantikannya yang luar biasa. Kecantikannya yang menurutnya tidak boleh disia siakan, apabila dia ingin lepas dari jeratan kemiskinan yang selama ini mengisi hari-harinya. Rara tumbuh menjadi seorang jelmaan Dewi Wanda Betari Durga. Dewi yang senang menghancurkan kebahagiaan manusia. Begitu pula, dengan Rara. Entah mengapa, ada rasa kepuasan dalam dirinya, apabila para lelaki itu mengagumi kecantikan dan kemolekan tubuhnya secara berlebihan. Dia seakan akan yakin sepenuh hati bila kecantikan dirinya bisa memberikan kekayaan dan materi yang melimpah ruah. Hal yang tentunya hanya bisa diperolehnya, bila berhubungan dengan pria “mapan”, yang rata-rata telah “berkeluarga”.
Kamaluddin kini harus rela terbaring dalam peristirahatannya yang baru. Cinta butanya terhadap seorang gadis muda telah membuahkan kepahitan tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarganya. Di usia nya yang juga terhitung masih relatif muda, Kamal harus kehilangan nyawa akibat ulah “isteri sirihnya” itu. Sementara itu Agus, juga harus menanggung perbuatannya karena terlena oleh rayuan “sang dewi durga”. Dia kini harus merelakan dirinya mendekam dibalik jeruji karena perbuatannya sendiri. Lastri dan Sandi, hanya bisa menangis sedih meratapi kepergian Kamaluddin ke pangkuan ilaahi. Romi, Ricky dan Toni hanya bisa pasrah menghadapi kenyataan kehilangan jabatan maupun martabat akibat perbuatan mereka. Lalu kemana gerangan sang dewi durga ???
Apa yang terjadi dengan sang dewi durga??
Siapa cepat, pastilah dia yang menang!”. Bukan Rara, namanya kalau tidak pakai perhitungan matang. Walau usianya sangat muda, namun karena dia titisan dewi wanda betari durga, dia bisa menghilang tanpa meninggalkan jejak. Dia bersama keluarganya telah meninggalkan kampusnya, sejak berita kematian itu terungkap, bahkan dia pun telah meninggalkan rumah kontrakan yang selama ini ditinggalinya bersama keluarganya di di Kampung Kosong RT 01/04 Kelurahan Panunggangan Utara, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Dia dan keluarganya mendadak hilang secara misterius, lenyap bagaikan di telan bumi. Sepertinya dia sudah tahu apa yang akan terjadi, pada saat dia menjebak Agus dalam sebuah kamar hotel. Dia bahkan tak lagi bekerja di
Tidak ada komentar:
Posting Komentar