Selamat Datang
Art Partner
Minggu, 17 Mei 2009
Edisi Lingkungan Hidup - Puisi dari Johan Kalayan
WIT si WIT
Wit wit wit si Wit wit wit wit si Wit
wit wit wit wit wit si Wit wit wit wit
Bobgkar !!!
Gali lililili Gali galiiii !
Ba ba ba ba ba rarara ra ra ra rararara
tu tu tu tu tut bababa tutututu ra rarara
tutututttttt…
Angkuuuuut !
Masuk kantong atas, kantong bawah
Kantong depan kantong belakang
Deposito di Bank-bank semua sudah terisi dengan wit
Huaaaaah…….
Semua sudah penuh
Si Wit tertawa terbahak-bahak
Perutnya semakin gendut
Anaknya sudah kuliah di Ithaca sebuah kota kecil di Amerika serikat
Masa depannya akan menggantikan kedudukan si Wit
Anakku bakal jadi pejabat
Kekuasaan akan menambah kekayaan
Wit wit wit wit si Wit
Si Wit membongkar, menggali lagi. Gali lililili
Rararara ra ra rarara babababa tututu babababa
Si Wit banyak wit
Si Wit kawin lagi, kawin lagi.
Istrinya sudah selusin
Masih belum puas si Wit berselingkuh lagi
Wooooowww…..
Si Bahenol dalam pelukannya
Entah berapa banyak wanita yang ditidurinya
Si Wit lupa diri
Si Wit terus mengeruk kekayaan alam tanpa peduli lingkungan
Alam marah
Panas matahari menyengat
Bukit dan tanah dataran jadi tandus berlobang-lobang hancur tidak karuan!
Awan hitam berarak
Langit mendung
Hujan deras turun
Tuhan sudah mulai marah pada si Wit
Banjir datang, membunuh para bayi
Wanita renta ternganga larut di telan banjir
Jeritan terdengar keras
Toloooooong….!
Sang ibu menangis kehilangan anak, kehilangan suami, kehilangan segalanya
Para suami termangu memikir keluarganya, makan apa nanti siang.
Semua ini ulah dari Si Wit wit wit wit
Orang pintar bisa berhati kanibal
Orang bijak berhati mulia
Si Wit capek melayani istri-istrinya.
Capek melayani selingkuhannya.
Tadinya si Wit duduk di kursi kekuasaan, sekarang terkapar di rumah sakit
duduk di kursi roda.
Wajahnya pucat, bola matanya kuning menyala.
Si Wit Strouk memikirkan istri-istrinya yang rewel dan para selingkuhannya
Minta dinikahi
Si Wit termenung memikirkan nasibnya
Istri-istri mudanya mulai tersenyum, demikian juga selingkuhannya
Mereka sebentar lagi akan meraup kebebesan lepas dari genggaman si Wit.
Terkecuali istri tuanya menangis, meratapi suaminya
Tuhan ampuni suamiku
Jangan masukan ke Neraka jahanam
(Indonesia 2008)
Johan Kalayan, adalah seorang Penyair Banjarmasin, yang saat ini berdomisili di jakarta, sebagai Penulis Novel, Penulis naskah filem dan sinetron, serta sebagai salah satu pengurus PARFI Nasional.
Edisi Lingkungan Hidup - Puisi dari Petrus Adi Utomo
PUTTING BELIUNG
sahabatmu angin semilir pantai
angin sepoi tempat pecinta menikmati senja
angin gunung pembawa awan sejuk pegunungan
angin laut darat sahabat pelaut mencari ikan
aku berdiri ditengah padang
ketika kau datang kawan…
pohon-pohon tumbang
rumah-rumah menjadi padang
padang-padang menjadi timbunan kehancuran
kawan…
apakah kau sedang murka?
mengapa kau marah?
apakah salah kami?
putting beliung berdiam bisu…
putting beliung kembali datang
merusak kota-kota
dalam putaran hembusannya mengangkat kota kota
inilah jawabku katanya
kota sumber kehancuran hutan
kota sumber kehancuran alam
kota sumber tipu muslihat
aku berdiri tegap, ditengah kehancuran kota
bertanya… siapa yang mendengar suara badai?
orang kaya pucat pasu orang pandai diam
para pemimpin bisu
hanya penggembala kerbau
mengangkat tangan kotor dan berkata
putting beliung badai sahabatku
maka aku tau apa yang dia mau
tapi siapa yang mau dengar aku?
(Elang Darat, Solo, Jajar 3 Januari 2008, jam 3 pagi)
Petrus Adi Utomo (Elang Darat), lahir 4 Juni 1964, tingal di kota Solo.
Ngamen puisi dari tahun 2002 hingga 2008. Prestasi yang diraih : juara ketiga menulis dan membaca puisi QQ Production se Jabotabek tahun 2007, juara ketiga membaca dan menulis se Jateng piala Dewan Kesenian jateng tahun 2008. Sering tampil membaca puisi dalam berbagai acara dan kegiatan.
Edisi Lingkungan Hidup - Puisi dari Hamami Adaby
Peristiwa Alam
Rambut habis cukur sebuah fenomena alam semesta.
Musim tak pernah utuh, berubah panjang dan pendek.
Tak ada skala prioritas sudah berabad kejadian.
Apalagi yang tak terduga. Masih tumbuh diatas bola?
Kolam berpuluh tahun kesetiaan sisi menipis terkikis
Dari lapisan tanah air setitik nafas mengalir, bumi berdenyut pohon akarku kering sendiri.
Tanah ilalang tak subursubur, bunganya terbang tak tumbuhtumbuh. Bukan berapa usiamu, itukah yang akan kau pertanyakan?
Tanah ilalang memang tak subur, bunganya terbang tak pulangpulang.
Hamami Adaby (Banjarmasin, 5 Mei 1942). Pensiunan PNS yang pernah menjabat Kepala Kantor Departemen Penerangan di Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan ini menghimpun sajak-sajaknya dalam antologi Desah (1984), Senja (1994), Iqra (1997), Kesumba (2001), Dunia Telur (2001), Nyanyian Seribu Sungai (2001), dan Bunga Angin (2002). Antologi bersama yang memuat sajaknya adalah Banjarbaru Kotaku (1974), Dawat (1982), Bunga Api (1994), Bahalap (1995), Pelabuhan (1996), Jembatan Asap (1998), Bentang Bianglala (1998), Cakrawala (2000), Tiga Kutub Senja (2001), Bahana (2001), Narasi Matahari (2002), Notasi Kota 24 Jam (2003), Anak Zaman (2004), Uma Bungas Banjarbaru (2004), Baturai Sanja (2004), Bulan Ditelan Kutu (2004), Dimensi (2005), Bumi Menggerutu (2005), Garunum (2005), Seribu Sungai Paris Barantai (2006) dll.
Edisi Lingkungan Hidup - Puisi dari Drs. Ahmad Syam'ani
DANAU LIAR
Kau ingin melipat danau./
Dan menyimpannya/ di selembar daun pintu/
Yang penuh/ cahaya lampu.
Namun/ danau adalah kegelapan liar/ belantara./
Tempat pengembara/ tersesat/
Dan jeritan rindu/ yang tak dapat menggugurkan daun-daun./
Tanpa gelombang./
Danaulah yang membuka/ kemarau/
Dan menyebarkan jiwa diam./
Mematikan/ nyala AC,/ Telivisi,/ dan Radio./
Mengetuk daun pintu/ yang penuh coretan cita,/ kegagalan,/ dan debu dari tangan mu./
Yang rapuh menutup diri/ yang ingin abadi/ dibawah lampu.
Danaulah yang selalu bisa membuat mu putus asa./
Karena keliarannya/ tak terjamah./
Tak bisa dilipat/ dan disimpan/ di selembar daun pintu/ oleh tangan mu/
yang rapuh.
Namun/ pernah kau tahu.
Danau juga/ yang bisa menjadikan mu/
ikan yang bebas berani/ meninggalkan/ cahaya lampu./
merubuhkan pintu./
menuju/ kegelapan alam./
di luar/ kamar.
# dimuat di selebaran-Syam, Bulettin Forum Sastra Kita, Edisi III/ Jan/04, Hal 12
Drs.Ahmad Syam’ani, lahir di Banjarmasin 14 Februari 1958, hingga menyelesaikan pendidikan Fisip Unlam Banjarmasin (S1), sekarang berdomisili di Bandung.
Menulis puisi sejak tahun 1978, dipublikasikan di berbagai media massa, Banjarmasin, Subang, Bandung.
Sebagai penyair pernah menjadi anggota Ikatan Pecinta Seni Sastra Mahasiswa Unlam Banjarmasin-Banjarbaru, ketua Forum Pujangga Vens/ Sastra Venus, tahun 2003 menjadi ketua Forum sastra Kita Subang, tahun 2005 menjadi bendahara forum sastra pojok Bandung dan menjadi ketua Buletin Rumah Sastra Bandung.
Prestasi: juara II, penulisan puisi yang diadakan oeh radio Kharisma (Later) Subang dalam rangka HUT RI tahun 2000. Puisi-puisi yang dimuat, di antologi Dahaga B.Post (1981) sebuah kenang-kenangan oleh Tajuddin Noor Ganie. Dimuat dalam sketsa penyair (berbagai angkatan) oleh Maman.S tani dan Jarkasi, Banjarmasin. Dimuat dalam Buletin sastra oleh Forum sastra kita Subang.
Edisi Lingkungan Hidup - puisi dari I Made Suantha
bahasa sederhana ini: “kupukupu lahir!”
menyimak lapisan air
udara: bias cahaya di daun
mengurai putik: benang sari untuk menjadi madu
o, penangkar lebah
seberapa indah sebuah taman tanpa bunga
kumbang. serangga malam
bulan. percintaan sepasang kekasih. bintangbintang!
dan jalan setapak menuju pusat gempa
seberapa kuat cengkramannya pada tanah
sekeras cahaya. segemericik air
seliat angin!
aku menyiangi. mengairi nektar getah
selaksa detak jantungmu!
seekor kecebong tanpa ekor. yatim piatu
mengacaukan warna lumut pada setiap telaga
(warna coklat yang pekat. secair lumpur
membusukkan udara bebas dalam genggaman!)
mencari matahari yang hilang disebuah senja
disetebal kabut yang meleleh bersama liur kupukupu
disebuah jejak yang timbul tenggelam di cuaca
ku terka wajahmu seperti angin
dalam desiran tak henti henti!
kupukupugelisah
di tangan perambah hutan: pemburu!
kupukupu terbang
di peta kiblat: altar penungguan!
seberapa datar cakrawala dengan batas laut itu
jalan terbilang dan terbagi
secarik sawah di kalbu: sebutir telur teram
setenang ibadah air!
# Dimuat dalam buku antologi puisi Pastoral Kupukupu, halaman 60, penerbit Arti Foundation, tahun 2008
I Made Suantha, lahir di Sanur, Denpasar 24 Juni 1967. Mulai menulis sejak SMP tahun 1984. Tahun 1987 diundang Dewan Kesenian Jakarta dalam Forum Puisi Indonesia 1987 di Taman Ismail Marjuki, Jakarta. Tahun 1992 diundang pada Festival Puisi di Surabaya.
Tulisannya tersebar di Bali, Jawa, Sumatera, Kalimantan. Antologi puisinya: Hram (kumpulan puisi penyair bali, 1988), Silaturahmi Kupu-kupu (Desember 2005). Antologi puisi tunggal : Peniup Angin (1989), Togog Yeh (kumpulan puisi bahasa Bali, tahun 2002), Liturgi, Perjalanan Bunga (manuskrip tiga kumpulan puisi, siap terbit), dll.
Kini menetap di Jalan Raya Celuk Gg. Sakura I/5 Celuk Sukawati, Gianyar, Bali.
Rabu, 13 Mei 2009
Diskusi & Lounching Buku Bunda Diah Hadaning
PROSES KREATIFKU DALAM PESONA ETIKA, ESTETIKA DAN MISTIKA
adalah judul buku yang dikarang oleh Diah Hadaning
Telah di diskusikan di Kedai I.Buku, jalan Veteran 25, Kawasan Monas, Jakarta Pusat, hari Sabtu tanggal 16 Mei 2009, pada pukul 13.30 s.d 18.00.
Dengan pembahas TAU-EIK RAHZEN
Rabu, 06 Mei 2009
Cerpen dari Sarah Serena
Tatkala Cinta Berbuah Pahit
Oleh :
Sarah Serena Efendi Santoso, SH. MH
Memang ternyata ada benarnya juga kata orang, lelaki lemahnya terhadap tiga hal, yakni harta, tahta dan wanita. Setidaknya, hal itu kini sedang dirasakan oleh Agus. Salah seorang pejabat tinggi negara yang awalnya diharapkan akan membawa perubahan bagi negeri ini, namun akhirnya jatuh karena seorang wanita. Kini, dia harus berendam dibalik jeruji, karena seorang wanita. Entah, apakah ini sebuah gambaran kondisi negara ini, ataukah hanya kebetulan saja. Berapa banyak pejabat negara, bahkan anggota dewan yang jatuh pamornya hanya karena seorang wanita. Mereka yang seharusnya menjadi tauladan bagi negeri ini, justru malah merusak dirinya sendiri hanya karena persoalan wanita.
Sementara, nun jauh dipedesaan
Di lain pihak ada para isteri yang sedang merenung dalam sudut kamarnya yang sunyi. Mereka tidak habis pikir, bagaimana para suami mereka tega mengkhianati cinta mereka yang suci. Mereka juga tidak habis pikir, bagaimana para suami meminta mereka menjaga pandangan matanya serta tingkah lakunya sejak menikah, sementara para suami tersebut menebarkan mata serta melebarkan sayapnya dimana-mana. Dengan alasan takut “zina” para suami itu menikah lagi. Padahal para suami telah melakukan “zina” sebelum menikah dengan gadis pujaannya itu. Yah, tanpa disadari para suami itu telah melakukan “zina”, yakni “zina mata”. Karena cinta itu berawal dari pandangan mata. Pandangan mata yang mengobarkan nafsu emosi turun ke dalam hati yang berkembang menjadi sebuah cinta. Yah, cinta.
Nikah siri, merupakan suatu fenomena andalan saat ini bagi para lelaki yang tak mampu menjaga pandangan matanya. Mereka mengatakan mengatakan “menikah siri” sebagai suatu jalan untuk menghindari zina. Pernikahan siri ini dilakukan tanpa sepengetahuan dan seizin isteri pertama. Padahal sebenarnya, apa bedanya “nikah siri” dengan “zina”. Zina diharamkan dalam agama islam, karena dikhawatirkan bayi yang dikandung dalam rahim calon si ibu nantinya tidak berayah, karena si ayah cenderung tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya itu. Sementara nikah siri, walau secara agama diakui sah, akan tetapi di mata hukum negara itu tidaklah sah. Sehingga dengan demikian, sang bayi tidak bisa mendapatkan status pengakuan dari sang ayah. Meski sang ayah telah bertanggung jawab untuk menikah dengan ibunya, namun sang bayi tidak bisa mengakses seluruh harta kekayaan sang ayah, karena kelahirannya kemuka bumi ini belum diakui oleh mata hukum negara. Dengan demikian, apalah bedanya “nikah siri dengan “zina”, toh dua-duanya menunjukkan sang bayi tidak memiliki hak waris sebagai ahli waris dari bapaknya. Jadi apa bedanya?
Kembali ke kisah Agus, sang pejabat negara. Kelemahannya terhadap perempuan, membuatnya terjerat oleh perbuatannya sendiri. Memang, merupakan tugasnya untuk mencari informasi yang sebesar-besarnya mengenai orang-orang yang hendak diselidiki olehnya. Namun, dirinya telah salah langkah dalam mengambil keputusan. Dia menerima undangan dari seorang perempuan untuk datang ke sebuah hotel dengan alasan akan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh Agus dalam kasus yang sedang diselidiki olehnya. Tanpa curiga sedikitpun, Agus memenuhi undangan tersebut. Ternyata, sampai di hotel, tidak ada informasi apa apa, yang ada hanya seorang perempuan bernama Rara yang mencoba merayu agus untuk jatuh cinta padanya.
Beberapa hari kemudian, Agus dihubungi oleh orang yang sedang diselidikinya. Orang tersebut mengatakan, bahwa agus telah berselingkuh dengan isteri ketiganya. Agus, kaget setengah mati. Dia tidak menyangka, bahwa dirinya telah dijebak oleh lawannya sendiri. Seandainya waktu itu ia tidak datang ke hotel tersebut, mungkin dia tidak akan terjebak dalam kisah kasih
Kring, ..kring,…kring, handphone Romi berbunyi. Seorang mantan pejabat kepolisian di wilayah Tanggerang yang namanya sempat melambung, karena sebuah kasus rumah tangga. Saat itu Romi tengah bersenda gurau dengan isteri dirumahnya. “Halo,..siapa ini?’ tanya Romi. Tak lama kemudian, dari seberang
“Gagak 1 memanggil Gagak 2 dan Gagak 3 untuk menghadap ke Markas. Romi memanggil anak anak buahnya untuk segera menghadap dirinya. Tak berapa lama pula, Ricky dan Toni segera menghadap ke Markas. “Prajurit, ada bahaya mengancam salah seorang pejabat tinggi negara kita”. Pejabat Tinggi tersebut mendapat ancaman pembunuhan oleh salah seorang pengusaha di negeri ini yang sedang diselidiki olehnya. Nah, sebelum orang tersebut sempat melaksanakan niatnya, untuk membunuh pejabat tinggi negara kita, saya minta pada kalian untuk membunuhnya terlebih dahulu. “Apakah kalian siap, melakukannya?”. Serentak mereka berdua menjawab, “siap komandan!”. “Bagus, …bagus, ingat ini tugas negara!”. Jangan sampai ada yang tahu!”. Orang ini bernama Kamaluddin, dia seorang pengusaha PT. Rajacitra Nugraha Permai. Orang ini biasa main golf, di Taman Golf Bukit Tanggerang. Biasanya, dia pulang main Golf menuju Rumah isteri keduanya jam 2 siang. Suasana disaana biasanya sepi. “Nah, saya minta sama kalian untuk membunuh pengusaha itu sepulangnya dari main Golf. “Apakah kalian siap ?” tanya Romi pada anak buahnya. Kembali serentak mereka menjawab, “siap komandan?”
Betapa bangganya Ricky dan Toni mendapat kehormatan menjalankan tugas negara. Bayang-bayang kenaikan pangkat sudah mengalir dalam bayangannya. Rumah dinas kepolisian yang selama ini menjadi idamannya akhirnya bisa terwujud jua. Setelah melakukan tugas ini, mereka akan menempati rumah dinas yang dijanjikan oleh komandan. Dengan demikian, rasa rindu terhadap anak dan isteri dirumah dapat diobati. Sebab dengan adanya rumah dinas ini, mereka bisa berkumpul kembali dengan keluarganya yang dicintainya. Sejak pagi, Ricky dan Toni sudah bersiap-siap. Dengan plat motor milik kepolisian mereka pun bergegas menuju Taman Golf Bukit Tanggerang. Dengan sabar, mereka menanti target operasinya selesai main. Tepat jam dua siang, orang yang ditunggu tunggu akhirnya kelar juga. Mobil BMW Silver dengan plat nomor BKM12DN pun bergegas pergi meninggalkan taman tersebut. Namun Ricky dan Toni merupakan pasukan terlatih yang hebat, mereka dapat mengejar mobil tersebut dan tak berapa lama kemudian terdengar suara,…..dor…dor….dor , dari kaca pintu belakang kiri mobil. Tiga Butir Peluru meluncur menembus kaca mobil, langsung mengenai kepala pengusaha tersebut. Setelah memastikan tembakannya tidak meleset, Ricky dan Toni pun langsung bergegas pergi meninggalkan lokasi. Namun, Ricky dan Toni lupa, masih ada saksi yang hidup. Yakni supir Kamaluddin, yang melihat no plat motor yang digunakan Ricky dan Toni untuk membunuh pengusaha Rajacitra Nugraha Permai itu.
“Gagak 2 dan Gagak 3, melapor pada Gagak 1, ganti !”, mereka membunyikan walki talkinya untuk melapor pada komandannya. “Ya, gagak 1 disini, ganti!”, tutur komandan. Kembali Gagak 2 berkata, “mission is completed, laporan selesai, ganti!”. “Laporan diterima, “good work boys, ganti!”, tutur komandan Romi. Tak berapa lama kemudian, romi menghubungi agus. Kring….kring…..kring,….kring!”. “Halo”, kata Agus seraya cemas mengharap kepastian, “Gus, ini Romi, kamu ndak usah khawatir lagi, masalah sudah diselesaikan oleh anak buahku dengan baik!”, kata Romi. Agus mulai bisa tersenyum, “syukur, kalau begitu Rom, aku bisa tenang sekarang!”. “Terima kasih Rom, terima kasih. Agus, menutup teleponnya sambil tersenyum dengan tenang.
“Kring, kring,…kring, telepon dirumah lastri, isteri kedua kamaluddin berbunyi!”. “Halo, siapa ini ?”, tanya bu Lastri. “Ini saya bu, paidi !”. “
Koran, koran ! Berita hangat, berita hangat! Seorang pengusaha telah mati terbunuh! Berita hangat, berita hangat !. Betapa kagetnya Romi, membaca koran pagi itu. “SEORANG PENGUSAHA MATI TERBUNUH, MENURUT SAKSI MATA POLISI ADALAH PELAKUNYA!”. Ah, mengapa tidak terpikirkan olehku soal saksi mata!”, tanya Romi dalam hatinya. “Mengapa juga mereka harus menggunakan motor dinas untuk melaksanakan tugas”. “Kalau sudah begini, pasti akan terbongkar semunya!” kata Romi dalam hatinya. Tak berapa lama kemudian, suara handphone berdering. Kring….Kring…Kring!. “Halo, Romi ini Agus!”. “Ya, Gus aku sudah berita koran pagi ini. Maaf aku tidak tahu kalau ada saksi mata yang melihat kejadian itu. Aku minta maaf!. Justru aku yang harus minta maaf padamu, Rom!”. “Aku, telah terlalu jauh melibatkan dirimu untuk urusan pribadiku sendiri”. “Kamu justru telah berbaik hati menolongku, meski nyawamu taruhannya”. Kamu tidak salah, Romi! Akulah yang salah! Aku telah mudah terpancing oleh rayuan seorang wanita cantik, yang akhirnya menjebak diriku sendiri. Aku harus berani menanggung resiko atas perbuatanku sendiri, meski nam baik dan martabatku menjadi taruhannya!.
Lastri tidak pernah menyangka bahwa gadis muda yang dikawini secara sirih oleh suaminya justru menjadi “buah simalakama bagi suaminya sendiri”. Yah, Rara seorang wanita cantik yang menjebak Agus dalam sebuah kamar hotel, adalah isteri ketiga Agus yang dikawininya secara sirih. Rara, seorang gadis muda belia mahasiswi jurusan manajemen computer di STMIK Rahardja, Cikokol Tanggerang mulai berhubungan dengan Kamaluddin ketika menjadi “caddy” di
Yah, Rara tidak pernah menyalahkan dirinya sendiri atas perbuatannya merebut suami orang. Bahkan boleh dikata, dia merasa senang bila mampu membuat lelaki orang bersembah sujud pada dirinya. Dia merasa bangga dengan kecantikannya yang luar biasa. Kecantikannya yang menurutnya tidak boleh disia siakan, apabila dia ingin lepas dari jeratan kemiskinan yang selama ini mengisi hari-harinya. Rara tumbuh menjadi seorang jelmaan Dewi Wanda Betari Durga. Dewi yang senang menghancurkan kebahagiaan manusia. Begitu pula, dengan Rara. Entah mengapa, ada rasa kepuasan dalam dirinya, apabila para lelaki itu mengagumi kecantikan dan kemolekan tubuhnya secara berlebihan. Dia seakan akan yakin sepenuh hati bila kecantikan dirinya bisa memberikan kekayaan dan materi yang melimpah ruah. Hal yang tentunya hanya bisa diperolehnya, bila berhubungan dengan pria “mapan”, yang rata-rata telah “berkeluarga”.
Kamaluddin kini harus rela terbaring dalam peristirahatannya yang baru. Cinta butanya terhadap seorang gadis muda telah membuahkan kepahitan tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarganya. Di usia nya yang juga terhitung masih relatif muda, Kamal harus kehilangan nyawa akibat ulah “isteri sirihnya” itu. Sementara itu Agus, juga harus menanggung perbuatannya karena terlena oleh rayuan “sang dewi durga”. Dia kini harus merelakan dirinya mendekam dibalik jeruji karena perbuatannya sendiri. Lastri dan Sandi, hanya bisa menangis sedih meratapi kepergian Kamaluddin ke pangkuan ilaahi. Romi, Ricky dan Toni hanya bisa pasrah menghadapi kenyataan kehilangan jabatan maupun martabat akibat perbuatan mereka. Lalu kemana gerangan sang dewi durga ???
Apa yang terjadi dengan sang dewi durga??
Siapa cepat, pastilah dia yang menang!”. Bukan Rara, namanya kalau tidak pakai perhitungan matang. Walau usianya sangat muda, namun karena dia titisan dewi wanda betari durga, dia bisa menghilang tanpa meninggalkan jejak. Dia bersama keluarganya telah meninggalkan kampusnya, sejak berita kematian itu terungkap, bahkan dia pun telah meninggalkan rumah kontrakan yang selama ini ditinggalinya bersama keluarganya di di Kampung Kosong RT 01/04 Kelurahan Panunggangan Utara, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Dia dan keluarganya mendadak hilang secara misterius, lenyap bagaikan di telan bumi. Sepertinya dia sudah tahu apa yang akan terjadi, pada saat dia menjebak Agus dalam sebuah kamar hotel. Dia bahkan tak lagi bekerja di
Info Teater - Kiriman dari Zhu Khie Thian
Di dalam kehidupan kita, Das System merupakan sistem Barat, sistem perekonomian, sistem metasistem dari perekonomian, perang, dan produksi image. Das System adalah sebuah gambaran yang mengingatkan kita pada era ’68, keradikalan politik, posisi-posisi di luar ekstra parlementer. Ia merupakan sebuah tema yang di dalamnya terdapat asosiasi-asosiasi.
Di Bawah Lapisan Es berbicara tentang dunia kapitalisme yang menyebabkan krisis perekonomian secara global.
Teks Di Bawah Lapisan Es berisi kumpulan dialog-dialog dan monolog. Dialog hanya ditemui dalam beberepa scene. Sedangkan monolog mendominasi naskah Di Bawah Lapisan Es.
Rasa takut adalah motif dan penggerak utama. Di dalam tokoh-tokoh Di Bawah Lapisan Es, pribadi-pribadi tokoh adalah seorang yang sangat depresif, manager yang sangat fleksibel dengan jati dirinya, yang bertindak dan hidup di depan lensa kamera imaginernya.
Mekanisme dari rasa takut, menggambarkan sesuatu dalam ketakutan dan fantasi yang bergerak. Memang sangat berlebihan tetapi sangat realistis.
Situasi-situasi dan ruang-ruang seperti bandara-bandara, menara-menara perkantoran dan deretan hotel-hotel, ketakutan masa kecil menembus seperti sesuatu ´yang tertinggal´ menjadi sesuatu yang tidak dimiliki dan tidak dilihat. DUNIA MELEBUR UNTUK PERSEORANGAN!!!
Momen-momen tersebut menghadirkan keterasingan bagi tokoh-tokoh, pengalaman luar biasa dari rasa dingin dan kosong, dari kemustahilan metafisik.
Dalam dialog-dialog, konflik sering mengutarakan ketidakjelasan dan kengerian diluar batas-batas kebenaran yang realistis. Monolog-monolog dalam naskah yang terjadi bercerita tentang hilangnya empati yang terjadi di dalam dunia modernisme.
Di Bawah Lapisan Es adalah sebuah naskah yang bercerita tentang titik menggelikan dalam pandangan gelap seseorang dan dunia yang tak berperikemanusiaan. Sistem kapitalis telah terbentuk. Menciptakan dunia yang baru adalah mungkin.
--
Zhu Khie Thian
-mainteater bandung-
Mobile: +62 819.1033.4417
+62 813.9528.1713
(+62 22) 7651.4291
www.mainteater.wordpress.com
emtiarts.blogspot.com
teater-dibawahlapisanes.blogspot.com
zhukhie.blogspot.com