Sakit jiwa’ sebuah ungkapan kata yang menakutkan setiap insan, bahkan tidak satu orangpun yang sehat akalnya mau diberi predikat sakit jiwa, karena telah berkembang dalam opini masyarakat sedunia, bahwa orang yang sakit jiwa, maka harga diri dan martabatnya telah terpuruk kelembah kenistaan.
Akan halnya para ilmuan dari negeri barat mencoba menelaah dan mengobati penyakit kejiwaan dengan pendekatan eksperimen laboratorium dan hasilnyapun tidak memuaskan, karena yang sakit bagian dalam yang diobati bagian luar.
Di sisi lain para sufi yang ikhlas, tawadhu, bersih hatinya dari keduniaan, mereka mempelajari kejiwaan dengan cahaya dari Allah, sehingga menerbitkan karya-karya besar tentang ilmu jiwa, melalui karya-karya sastra mereka. Apa-apa yang dibahas oleh ilmuan negeri barat dua abad yang lalu hingga sekarang telah dibahas oleh kaum sufi dua abad terlebih dahulu dengan hasil yang sangat memuaskan. Karena sebelum mengobati sakit jiwa tersebut, kaum sufi terlebih dahulu telah membahas timbulnya sakit jiwa dengan sangat terperinci berdasarkan dari Al Qur’anul karim dan Hadist Nabi SAW. Sehingga tidak ada celah sedikitpun dari gerak jiwa manusia yang lepas dari pengamatan kaum sufi.
Pengobatan yang mujarabpun dapat diberikan, karena kaum sufi sudah mempelajari terlebih dahulu secara haqiqi, bagaimana pengaruhnya dan bagaimana agar seseorang bisa lepas dari penyakit kejiwaan.
(Ikhtisar-1 dari buku Al’ilmu An-Nafsi Ash-Shufiyah, oleh Dr.Amin An-Najar, terbitan Dar El Ma’arif, Kairo)